Saya menyukai Phillip Island, dan sirkuit tak pernah mengecewakan Anda. Pertarungan epik MotoGP™ yang terjadi pada Minggu akhir pekan lalu Minggu tidak hanya mengukuhkan sebagai trek balap motor terhebat di dunia, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya peran yang dapat dimainkan oleh para penantang dalam hasil balapan. Dua pembalap, khususnya dapat mengubah keseimbangan dalam tiga balapan berikutnya.
Marc Marquez (Gresini Racing MotoGP™) dan Enea Bastianini (Ducati Lenovo Tream) dapat membantu rekan setimnya saat ini, rekan setimnya di masa depan, serta rekan senegaranya, Jorge Martin (Prima Pramac Racing) dan Pecco Bagnaia (Ducati Lenovo Team) untuk meraih gelar juara dunia. Dengan poin yang makin ketat dan jumlah balapan yang makin sedikit, bagaimana keduanya bereaksi terhadap situasi tertentu, terutama pada putaran pemungkas di Valencia, dapat menjadi pembeda antara kesuksesan dan kegagalan bagi kedua pesaing. Hal ini pernah terjadi, dan diklaim oleh orang lain pernah terjadi, di masa lalu.
Hal ini terjadi di Phillip Island pada 1990 di ronde terakhir Kejuaraan Dunia GP 125cc. Buku-buku sejarah menunjukkan, bahwa Loris Capirossi memenangi putaran final, serta menjadi Juara Dunia termuda. Sampai-sampai membuat restoran pizza di Cowes menamai pizza baru mereka dengan nama pembalap berusia 17 tahun itu. Apa yang tidak mereka ceritakan adalah bagaimana para pembalap Italia lainnya, seperti Bruno Casanova, Doriano Romboni, dan Fausto Gresini, yang dijuluki “Mafia” oleh media non-Italia, bersekongkol untuk membantunya. Hans Spaan dari Belanda dan Stefan Prein dari Jerman masih memiliki peluang untuk meraih gelar juara. Namun, para 'Godfather' Italia melindungi anak didik mereka sejak awal. Spaan akhirnya finis keempat di belakang tiga pembalap Italia, sementara Prein tak finis karena masalah mesin, dan Capirossi pun menyantap pizza selebrasi.
35 Tahun kemudian, sekali lagi di Phillip Island, teori konspirasi terbesar dalam sejarah olahraga ini meledak. Hal itu tentu saja membuat sang penuduh kehilangan gelar juara dunia. Valentino Rossi menuduh Marc Marquez memperlambat laju motornya dalam pertarungan epik di Phillip Island, yang memungkinkan rekan setim dan rival Rossi di Kejuaraan, Jorge Lorenzo, finis kedua di belakang Marquez, di depan Andrea Iannone, dan Rossi posisi keempat. Juara Dunia sembilan kali itu marah dan membuat catatan waktu untuk membuktikan tuduhannya. Pada putaran berikutnya di Sepang berubah menjadi perang total.
Kali ini tidak ada perang kata-kata, melainkan pertarungan dua raksasa. Mereka bertukar posisi ketiga sebanyak sembilan kali dalam satu lap, dan hal itu tidak akan pernah bisa bertahan - dan memang tidak. Setelah saling bertukar posisi, Marquez terjatuh, dan Rossi mendapat tiga poin penalti karena menyebabkan kecelakaan tersebut. Itu berarti, #46 harus memulai balapan dari posisi paling belakang pada putaran terakhir di Valencia. Rossi akhirnya finis keempat, tetapi Lorenzo berhasil meraih gelar juara dunia MotoGP™ ketiganya. Para penggemar Rossi melanjutkan tuduhan patriotiknya, mengklaim bahwa Marquez dan Pedrosa, yang berada di posisi kedua serta ketiga, melindungi Lorenzo dari Rossi dan tidak mencoba menyalipnya di depan.
Rekan-rekan setimnya telah disiapkan untuk membantu di ronda terakhir. Juara Dunia 250cc, Carlos Lavado, dimasukkan ke dalam tim Yamaha 500cc di putaran pemungkas untuk membantu Kenny Roberts meraih gelar juara dunia. Dia tak dapat membantu, karena Freddie Spencer memainkan permainan klasik kucing dan tikus dalam permainan catur yang sangat menarik. Kenny yang berada di depan terus memperlambat dan meningkatkan kecepatan, namun Freddie tetap tenang. Posisi kedua sudah cukup untuk merengkuh titel pertamanya.
Jadi, apa yang akan terjadi pada balapan kali ini? Akankah Marc Marquez membantu calon rekan setimnya di Ducati, Bagnaia, untuk menggapai gelar juara? Atau akankah #93 berbagi kebanggaan patriotik dengan Martin, atau akankah Marquez terus memenangi lebih banyak Grand Prix? Lalu, akankah Bastianini membantu rekan senegaranya dan rekan setimnya saat ini, Bagnaia, dalam upaya merebut titel setelah kehilangan tempatnya di tim pabrikan lantaran Ducati memilih Marquez musim depan?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan sulit yang tak akan terjawab hingga putaran final di Valencia, tetapi pertanyaan-pertanyaan itu harus ditanyakan.